Sabtu, 12 September 2015


  


“THE ACCIDENT”

 
         “Diam lo, jalang! Tidak usah pura-pura menangis meratapi nasib. Lo juga nikmatin apa yang gue kasih” Maki laki-laki kepada seorang perempuan yang tengah menangis  tersedu-sedu memeluk kedua lututnya di suatu sudut gang yang gelap dengan baju yang sudah acak-acakan dan tidak beraturan lagi. Ia baru saja kehilangan kehormatannya yang selalu ia jaga selama ini, dan hari seenaknya saja direnggut secara paksa oleh laki-laki yang memakinya untuk beberapa kalinya.
 
            Bukan kenikmatan seperti yang di ceritakan oleh teman-temannya atau dari artikel media social yang pernah ia baca yang ia dapatkan atas kehilangan mahkotanya, tetapi rasa sakit dan perih yang dahsyat di bagian selangkaannya. Ia juga merasa sakit karena di perlakukan secara semena-mena bagaikan binatang jalanan yang hina.


            Ia baru saja kembali dari salah satu rumah anak didiknya yang sudah di ajarinya beberapa bulan belakangan ini.  Ia memang sudah terbiasa pulang sendirian di atas jam 10 malam, di karenakan harus bekerja mengajar les di umah anak didiknya. Sepulang sekolah ia langsung mengajari dua orang anak SD, tiga anak SMP dan satu anak SMA, adek kelasnya. Biasanya ia menumpang makan di rumah anak SD yang di ajarinya sepulang sekolah. Ia menggunakan waktunya sebaik-baik mungkin agar semua tidak terkendala.


            Malam ini adalah malam sialnya, ketika ia meregangkan otot-ototnya tiba-tiba saja seseorang menariknya dan membawanya ke salah satu gang yang gelap. Ia tidak bisa berontak karena kekuatannya tidak sebanding dengan laki-laki yang membawanya secara paksa. Beberapa kali pipi mulusnya di tampar hingga mengeluarkan darah di sudut bibirnya karena berusaha berontak dan menangis. Laki-laki itu tidak bergeming sedikitpun melihat wajah ketakutan gadis itu, karena kedua matanya telah di kelabui kabut gairah akibat obat perangsang yang di masukkan oleh teman-temannya ketika ia berpesta di salah satu club bergengsi di Jakarta Selatan.



            “Gue udah bilang, jangan nangis” Bentaknya sekali lagi setelah selesai memakai pakaiannya. Ia pun meludah sembarangan dan meninggalkan gadis itu sendirian dan ketakutan.

            Beberapa saat kemudian, laki-laki itu mampir di salah satu minimarket yang tidak jauh dari gang tempat gadis itu di tinggalkan untuk membeli minuman soda dan obat untuk mengurangi rasa nyeri dan pusing yang di rasakannya. Setelah rasa nyeri dan pusing yang di rasakan berkurang, ia pun kembali berjalan menembus angin malam dalam kesendirian. Hanya suara binatang kecil yang sesekali di tangkap telinganya karena malam sudah larut.

            “TIIIN....!! TIIIINNNNNNNNN..........!!”

            “BRAK.......”

            “CHHIIIIIITTTTT....”            


------------------------------------------------------------------------------

TBC